Dua Robot Karya Mahasiswa ITB Siap Jadi Pendeteksi Bom
Bukan manusia berkaki enam yang akan memadamkan api, melainkan sebuah robot yang mirip dengan laba-laba. Robot ini bernama Yaqut, yang diambil dari nama salah satu jenis batu mulia yang juga dikenal sebagai zircon, yang berasal dari bahasa Persia "zargun", yang artinya warna keemasan. Batu yakut atau zircon ini mempunyai nilai keras 7,5 berdasarkan daftar keras Mohs dan menempati urutan kelima setelah batu intan, corundum, chrysoberyl dan topaz. Karakter Yaqut sebagai batu sesuai dengan makna “bertahan dengan lebih bersinar” yang diharapkan oleh para pembuat robot ini. Yaqut mampu berlari menyusuri dinding dengan bantuan sensor jarak. Berbekal tiga sensor cahaya yang diletakkan di bagian depan, robot ini bisa mengenali sumber api yang memancarkan cahaya pada panjang gelombang ultraviolet dan inframerah.
Tim Robot ITB
Zarqun dan Yakut, dua robot ciptakan ITB yang minggu lalu menjadi juara dunia di 18th Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest, Hartford, Connecticut, Amerika Serikat akan dikembangkan menjadi robot-robot lain. Salah satunya menjadi
robot pendeteksi bom.
“Ini bisa dikembangkan menjadi apapun. Menjadi robot penjinak bom misalnya,” tutur Syawaludin Rachmatullah, salah satu anggota tim robotika ITB yang ikut bertanding di kompetisi tersebut.
Menurut Syawal, secara teknis robot-robot tersebut bisa dikembangkan menjadi robot yang akan membantu manusia. Untuk menjadi robot pendeteksi bom, robot-robot tersebut tinggal ditambahkan beberapa perangkat pendukungnya. Misalnya sensor ultrasonic, kamera dan material yang kuat
Hal yang sama diungkapkan oleh Kusprasapta Mutijarsa, Dosen sekaligus Pembina Tim Robotika ITB. Menurutnya, robot-robot ciptaan timnya bisa dikembangkan menjadi robot militer, pendeteksi bom, ataupun kendaraan berbasis roda.
“Pada dasarnya kemampuan robot tergantung dari program yang ditanamkan. Dan yang pasti robot ini harus bisa membantu manusia. Misalnya jika dikembangkan menjadi kendaraan berbasis roda, anggap saja mobil yang ada saat ini, saat menemui medan yang sulit maka mekanisme robot bisa diandalkan. Nanti keluar kaki-kakinya sehingga bisa menjelajah medan yang sulit. Ini kan mungkin saja,” katanya.
Sedangkan untuk pendeteksi bom, lanjutnya, robot tersebut tinggal ditambahkan sensor dan kamera. Robot ini akan mendeteksi benda yang dicurigai sebagai bom kemudian akan melakuan langkah-langkah yang perlu dilakukan.
“Namun tetap saja peran manusia sangat besar. Bukan berarti robot ini yang akan menjinakan bom, tapi manusia yang melakukannya. Robot tersebut hanya mendeteksi dan menjadi pengaman jika ternyata benda yang dicurigai tersebut merupakan bom betulan. Sehingga tidak ada korban manusia disini,” papar pria yang biasa dipanggil Soni ini.
Pun demikian, Soni mengakui saat ini dari pihak kepolisian sudah menggunakan robot untuk mendeteksi bom. Namun masih menggunakan controller manual.
“Saat ini sudah pakai robot. Tapi robotnya masih dijalankan pakai controller,” tukasnya.
ITB bersama dengan UGM dan UNIKOM berhasil menjadi juara dalam ajang kompetisi robot tingkat dunia di Amerika Serikat. Tim dari Indonesia memboyong juara untuk kategori Fire Fighting Berkaki (ITB), Beroda (UGM) dan RoboWaiters (UNIKOM).
Sumber: detikInet